Madmomos.com – Studi terbaru mengungkap daftar buah dan sayuran dengan residu pestisida tertinggi, seperti bayam dan stroberi. Ketahui risiko dan cara mengurangi paparan residu pestisida.
Baca juga: Kontol Kambing, Jajanan Legendaris Malang yang Unik dan Menggoda
Studi Ungkap Buah dan Sayuran Tinggi Residu Pestisida
Studi terbaru yang dirilis pada September 2025 oleh Environmental Working Group (EWG) mengungkap daftar buah dan sayuran dengan residu pestisida tertinggi, termasuk bayam, stroberi, dan kangkung. Penelitian ini, berdasarkan data Departemen Pertanian AS (USDA), dilakukan di Amerika Serikat untuk mengukur kadar pestisida dalam tubuh melalui sampel urine. Residu pestisida dapat meningkatkan risiko kesehatan, seperti kanker dan gangguan perkembangan anak. Konsumen disarankan memilih produk organik atau mencuci bahan pangan dengan benar untuk mengurangi paparan.
Daftar Buah dan Sayuran dengan Residu Pestisida Tertinggi
Penelitian EWG yang diterbitkan pada 25 September 2025 menemukan bahwa beberapa buah dan sayuran mengandung residu pestisida dalam jumlah tinggi, yang dikenal sebagai “Dirty Dozen”. Berdasarkan pengujian USDA, total 203 pestisida terdeteksi pada produk-produk ini. Berikut daftar 12 buah dan sayuran dengan residu pestisida tertinggi:
- Bayam
- Stroberi
- Kangkung (termasuk sawi hijau)
- Anggur
- Ceri
- Nektarin
- Pir
- Apel
- Blackberry
- Blueberry
- Kentang
- Paprika dan cabai
Bayam menempati urutan teratas, dengan 97% sampel mengandung residu pestisida, termasuk permetrin, insektisida neurotoksik yang beracun bagi hewan. Kangkung juga menonjol, dengan 92% sampel memiliki dua atau lebih residu pestisida, termasuk Dacthal (DCPA), yang diklasifikasikan sebagai karsinogen potensial. “Konsumsi makanan dengan residu pestisida tinggi meningkatkan kadar pestisida dalam urine,” ujar Alexis Temkin, penulis utama studi, seperti dikutip dari CNN.
Risiko Kesehatan dari Residu Pestisida
Residu pestisida pada buah dan sayuran dapat berdampak serius pada kesehatan. Studi EWG dan penelitian lain menunjukkan bahwa paparan pestisida berhubungan dengan risiko kanker, gangguan hormon, kelahiran prematur, dan kerusakan genetik. Paparan selama kehamilan juga meningkatkan risiko cacat lahir, berat badan lahir rendah, dan kematian janin. “Pestisida seperti organofosfat dapat mengganggu sistem saraf, sementara Dacthal berpotensi memicu kanker,” kata Temkin.
Buncis, bayam, paprika, dan kangkung mengandung pestisida paling beracun, seperti organofosfat dan karbamat, yang dapat memengaruhi fungsi enzim tubuh. Penelitian dari Natural Resources Defense Council (NRDC) pada 1998 juga mengaitkan paparan pestisida dengan leukemia, kanker otak, dan cacat pada anak-anak. Sekitar 1,4 juta kasus kanker di dunia diperkirakan terkait dengan pestisida, menegaskan urgensi pengurangan paparan residu pestisida.
Buah dan Sayuran dengan Residu Pestisida Rendah
Meski banyak buah dan sayuran rentan terhadap residu pestisida, EWG juga merilis daftar “Clean Fifteen”, yaitu produk dengan residu pestisida terendah. Daftar ini mencakup:
- Nanas
- Jagung manis
- Alpukat
- Pepaya
- Bawang bombai
- Kacang polong
- Asparagus
- Kubis
- Semangka
- Kembang kol
- Pisang
- Mangga
- Wortel
- Jamur
- Kiwi
Produk ini umumnya memiliki kulit tebal yang mencegah penyerapan pestisida, seperti alpukat dan nanas. “Pilih produk ini jika Anda ingin mengurangi paparan pestisida tanpa beralih ke organik,” saran EWG. Konsumsi produk “Clean Fifteen” dapat menurunkan kadar pestisida dalam urine dibandingkan dengan “Dirty Dozen”.
Cara Mengurangi Residu Pestisida pada Buah dan Sayuran
Untuk meminimalkan paparan residu pestisida, konsumen dapat mengambil langkah sederhana. Penelitian dari Journal of Agricultural and Food Chemistry menunjukkan bahwa merendam buah dan sayuran dalam larutan baking soda selama 12–15 menit dapat menghilangkan hingga 20% residu pestisida, seperti tiabendazol dan fosmet. Merendam dalam larutan air garam 10% selama 20 menit juga efektif, mengurangi hingga 74% residu pada kubis, menurut studi Zhi-Yong Zhang.
Langkah-langkah lain meliputi:
- Mencuci dengan air mengalir: Menggosok buah dan sayuran di bawah air mengalir menghilangkan residu di permukaan.
- Mengupas kulit: Mengupas apel, pir, atau kentang dapat mengurangi residu, meski beberapa nutrisi pada kulit juga hilang.
- Memilih produk organik: Produk organik menggunakan pestisida alami, sehingga residunya lebih rendah.
- Merebus atau memasak: Panas dapat menguraikan beberapa pestisida, meski tidak semua, dan nutrisi tertentu mungkin berkurang.
“Meski mencuci tidak menghilangkan semua residu, manfaat buah dan sayuran tetap lebih besar daripada risikonya,” ujar Carla Burns dari EWG.
Mengapa Residu Pestisida Menjadi Masalah?
Pestisida digunakan untuk melindungi tanaman dari hama, gulma, dan penyakit, tetapi residunya sering tertinggal pada hasil panen. Sayuran dengan kulit tipis, seperti stroberi dan anggur, lebih rentan menyerap pestisida dibandingkan buah berkulit tebal seperti alpukat. Menurut EWG, 70% produk pertanian konvensional mengandung hingga 230 jenis pestisida, dengan stroberi dan bayam memiliki residu tertinggi, masing-masing hingga 20 jenis pestisida per sampel.
Paprika dan cabai juga menonjol, dengan USDA mendeteksi 115 jenis pestisida berbeda pada tanaman ini. Seledri dan kale sering mengandung Dacthal, yang dikaitkan dengan risiko kanker. “Konsumen perlu waspada, terutama pada sayuran berdaun seperti bayam dan kangkung,” ujar Thomas Galligan, ahli toksikologi EWG.
Upaya Pemerintah dan Solusi Jangka Panjang
Pemerintah di berbagai negara, termasuk Indonesia, telah melakukan pengawasan untuk mengurangi residu pestisida. Di Indonesia, Dinas Ketahanan Pangan melakukan uji cepat pestisida dan logam berat di pasar untuk memastikan buah dan sayuran aman dikonsumsi. Pengujian ini mendeteksi zat seperti organofosfat dan karbamat, dengan batas maksimum residu (BMR) sebagai standar keamanan. Namun, pengawasan ini perlu diperkuat dengan uji laboratorium terakreditasi untuk hasil yang lebih akurat.
Baca juga: Hotel Tertinggi Dunia di Dubai Siap Dibuka dengan Tarif Mulai Rp9,6 Juta
Solusi jangka panjang termasuk mendorong pertanian organik dan praktik ramah lingkungan. “Pertanian organik mengurangi ketergantungan pada pestisida sintetis, melindungi konsumen dan lingkungan,” kata Disyacitta Nariswari, Manager Operasional Enatura Farm. Konsumen juga didorong untuk memilih sayuran dengan tanda-tanda alami, seperti lubang kecil akibat hama, yang menunjukkan minimnya pestisida.
Dampak Lingkungan dan Alternatif Organik
Residu pestisida tidak hanya berbahaya bagi kesehatan, tetapi juga merusak lingkungan. Pestisida dapat mencemari air tanah dan mengganggu hormon hewan, seperti ikan dan mamalia. Sekitar 40% kematian global terkait pencemaran lingkungan, termasuk dari pestisida, menurut penelitian. Pertanian organik menjadi alternatif yang menjanjikan, meski produk organik tidak selalu bebas pestisida sepenuhnya, karena pestisida alami tetap digunakan.
Konsumen dapat mendukung petani organik dengan membeli di pasar lokal atau peternakan bersertifikasi. “Sayuran organik biasanya memiliki ukuran dan warna alami, bukan terlalu sempurna,” ujar Nariswari. Namun, hati-hati terhadap produk organik palsu, yang terkadang dijual dengan harga premium tanpa jaminan bebas pestisida.
Waspada Residu Pestisida, Pilih Produk Aman
Studi EWG menegaskan bahwa residu pestisida pada buah dan sayuran, seperti bayam, stroberi, dan kangkung, dapat meningkatkan risiko kesehatan, termasuk kanker dan gangguan saraf. Konsumen disarankan memilih produk “Clean Fifteen” seperti nanas dan alpukat, atau beralih ke organik untuk mengurangi paparan. Mencuci dengan air garam atau baking soda, serta mengupas kulit, efektif menurunkan residu pestisida. “Manfaat buah dan sayuran tetap penting, tetapi kebersihan adalah kunci,” ujar Alexis Temkin. Ke depan, pengawasan ketat dan pertanian berkelanjutan menjadi solusi untuk pangan yang lebih aman.